SUHU DAN KALOR
SUHU
Suhu merupakan ukuran derajat panas dinginnya suatu benda atau sistem.
Alat ukur untuk mengukur perubahan suhu yaitu thermometer. Ada beberapa jenis
thermometer yang memiliki skala bawah dengan acuan es pada saat membeku dan
skala atas dengan acuan air mendidih.
Acuan ini ditentukan pada tekanan 1 atm = 76 cm Hg.
Acuan ini ditentukan pada tekanan 1 atm = 76 cm Hg.
Sumber :
https://yoskin.files.wordpress.com/2010/07/skalathermometer.jpg
Dari gambar
(1) diatas, rentang skala Celcius adalah 100 skala, Reamur 80 skala, Fahrenheit
180 skala dan Kelvin 100 skala. Jika skala C, R, F dan K kita bandingkan
melalui pembagian skalanya akan didapat : C : R : F : K adalah 100 : 80 : 180 :
100 dan disederhanakan menjadi C : R : F : K adalah 5 : 4 : 9 : 5.
v KALOR
Kalor adalah bentuk Energi yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu
rendah. Jika suatu benda menerima / melepaskan kalor maka suhu benda itu akan
naik/turun atau wujud benda berubah.
Beberapa pengertian kalor
:
·
Kalori adalah kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air sebesar 1ºC. 1 kalori = 4.18 joule
atau 1 joule = 0.24 kalori
·
Kapasitas kalor (C) adalah
banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh zat untuk menaikkan suhunya 1ºC (satuan
kalori/ºC).
·
Kalor jenis (c): adalah
banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gram atau 1 kg zat sebesar
1ºC (satuankalori/gram.ºC atau kkal/kg ºC).
Persamaan
Kalor
Ketika anda memanaskan air dalam teko dengan kompor
atau gas atau kompor sumbu biasa, makin besar nyala api makin besar kalor yang
diberikan api pada air dalam teko. Tentu saja akan dihasilkan kenaikkan suhu
air lebih besar dalam selang waktu yang sama. Jadi ada hubungan antara kalor
yang diberikan Q, dengan kenaikkan suhu ∆T. Besarnya kalor yang diserap atau
dilepas oleh suatu benda berbanding lurus dengan :
·
Massa benda (m)
·
Kalor jenis benda (c), dan
·
Perubahan suhu (∆T)
Jadi,
besarnya kalor yang dilepaskan atau diserap dapat dituliskan menjadi :
Dengan
:
M = massa benda (kg)
∆T = kenaikan suhu T2 - T1 (℃)
C = kalor jenis benda (kal/gram ℃ atau
joule/kg K)
Dalam
system SI, satuan kalor adalah joule. Satu kalori adalah banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1℃ air murni yang massanya 1 gram. Besaran
dalam kalor
Ø Kapasitas kalor (C)
Kapasitas kalor adalah perbandingan antara jumlah
kalor yang diterima benda dengan kenaikan suhu atau banyak panas yang
diperlukan untuk menaikkansejumlah zat tertentu sebesar satu derajat Celcius
atau satu Kelvin.
Dengan
:
∆T
= kenaikan suhu (K)
Q
= kalor (joule)
C
= kapasitas panas ( joule/K)
Ø Kalor jenis (c)
Kalor jenis adalah perbandingan antara kapasitas panas
dengan massa benda atau banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
satu derajat Celcius dari satu kilogram zat tersebut.
Dengan :
C
= kapasitas panas (joule/K)
m
= massa benda (kg)
c
= kalor jenis benda (joule/ kg K)
Asas Black
Apabila suatu zat dicampur dengan zat lain yang suhunya berbeda, maka
antara kedua zat itu akan terjadi pertukaran kalor hingga tercapainya
keseimbangan termal dimana suhu kedua zat akan sama. Black menemukan bahwa pada
proses pencampuran ini, besarnya kalor yang dilepaskan oleh zat yang suhu
awalnya lebih tinggi akan sama dengan besarnya kalor yang diterima oleh zat
yang suhu awalnya lebih rendah. Black kemudian merumuskan asasnya yang
berbunyi: kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima. Asas Black
merupakan bentuk lain dari hukum kekekalan energi, yaitu banyaknya energi
selalu tetap. Artinya, bila sebuah benda memberikan kalor kepada benda lain,
maka kalor yang diterima sama dengan kalor yang diberikan. Secara matematis:
m1 . c1 . Δt1 = m2 . c2
. Δt2
m1 . c1 . (t1 – tcp) = m2
. c2 . (tcp – t2)
Dimana :
m = massa
zat (kg)
c= kalor
jenis zat (J/Kg ͦ C)
t = suhu
awal zat (ͦ C)
tcp =
suhu campuran / suhu akhir (ͦC)
Keterangan
:
·
Proses I
Pada
proses ini kalor yang diberikan pada zat yang bersuhu A digunakan untuk
menaikkan suhu hingga mencapai titik lebur. Besarnya kalor yang diperlukan adalah
Q1 = m . c . Δt
·
Proses II
Pada
proses ini, setelah zat mencapai titik lebur, kalor yang diberikan digunakan
untuk mengubah wujud zat yaitu melebur. Pada proses ini tidak ada perubahan
suhu pada zat tersebut atau suhu zat adalah tetap. Besarnya kalor yang
diperlukan adalah Q2 = m . L
·
Proses III
Setelah
seluruh zat habis melebur, kalor yang diberikan kembali digunakkan untuk
menaikkan suhu zat hingga mencapai titik didih. Besarnya kalor yang diperlukan
adalah Q3 = m . c . Δt
·
Proses IV
Pada
proses ini, setelah zat mencapai titik didih, kalor yang diberikan digunakan
untuk mengubah wujud zat yaitu mendidih. Pada proses ini tidak ada perubahan
suhu pada zat tersebut atau suhu zat adalah tetap. Besarnya kalor yang
diperlukan adalah Q4 = m . U
·
Proses V
Setelah
seluruh zat habis menjadi uap, kalor yang diberikan kembali digunakan untuk
menaikkan suhu zat. Besarnya kalor yang diperlukan adalah Q5 = m . c
. Δt
Jadi
kalor total yang diperlukan pada peristiwa perubahan wujud zat diatas yaitu :
Qtotal
= Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5
Perpindahan Kalor
1.
Konduksi
Proses
perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa diikuti perpindahan bagian-bagian zat
itu disebut konduksi atau hantaran. Misalnya, salah satu ujung batang
besi kita panaskan. Akibatnya, ujung besi yang lain akan terasa panas.
Coba
perhatikan gambar berikut:
Pada batang
besi yang dipanaskan, kalor berpindah dari bagian yang panas ke bagian yang
dingin. Jadi, syarat terjadinya konduksi kalor pada suatu zat adalah adanya
perbedaan suhu. Berdasarkan kemampuan menghantarkan kalor, zat dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu konduktor dan isolator. Konduktor
adalah zat yang mudah menghantarkan kalor (penghantar yang baik). Isolator
adalah zat yang sulit menghantarkan kalor (penghantar yang buruk).
2.
Konveksi
Proses perpindahan kalor melalui suatu zat yang disertai dengan perpindahan bagian-bagian yang dilaluinya disebut konveksi atau aliran. Konveksi dapat terjadi pada zat cair dan gas.
Proses perpindahan kalor melalui suatu zat yang disertai dengan perpindahan bagian-bagian yang dilaluinya disebut konveksi atau aliran. Konveksi dapat terjadi pada zat cair dan gas.
a.
Konveksi pada Zat Cair
Syarat terjadinya konveksi padaz at cair adalah adanya
pemanasan. Hal ini disebabkan partikel-partikel zat cair ikut berpindah
tempat.
b.
Konveksi pada
Gas
Konveksi
terjadi pula pada gas, misalnya udara. Seperti halnya pada air, rambatan
(aliran) kalor dalam gas (udara) terjadi dengan cara konveksi. Beberapa
peristiwa yang terjadi akibat adanya konveksi udara adalah sebagai berikut.
Ø Adanya angin
laut. Angin laut terjadi pada siang hari. Pada siang hari, daratan lebih
cepat menjadi panas daripada lautan sehingga udara di daratan naik dan
digantikan oleh udara dari lautan.
Ø Adanya angin
darat, Angin darat terjadi pada malam hari. Pada malam hari, daratan
lebih cepat menjadi dingin daripada lautan. Dengan demikian, udara di
atas lautan naik dan digantikan oleh udara dari daratan.
·
Adanya sirkulasi udara pada ruang kamar di rurnah.
·
Adanya cerobong asap pabrik.
3.
Radiasi
Proses
perpindahan kalor tanpa zat
perantara disebut radiasi atau pancaran. Kalor diradiasikan dalam bentuk
gelombang elektromagnetik, gelombang radio, atau gelombang cahaya.
Misalnya, radiasi panas dari api Apabila kita berdiam di dekat api
unggun, kita merasa hangat. Kemudian, jika kita memasang selembar tirai
di antara api dan kita, radiasi kalor akan lerhalang oleh tirai itu.
Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa kalor dari api unggun atau
matahari dapat dihalangi oleh tabir sehingga kalor tidak dapat merambat.
Perubahan
Wujud Zat
Perubahan wujud zat adalah perubahan termodinamika dari satu fase benda ke keadaan wujud zat yang lain.
Perubahan wujud zat ini bisa terjadi karena peristiwa pelepasan dan penyerapan
kalor.Perubahan wujud zat terjadi ketika titik tertentu tercapai oleh
atam/senyawa zat tersebut yang biasanya dikuantitaskan dalam angka suhu.
Semisal air untuk menjadi padat harus mencapai titik bekunya dan air menjadi
gas harus mencapai titik didihnya.
Wujud benda ( zat) terdiri dari
:
1) Benda
padat contohnya : papan tulis, penghapus, es batu, dan sebagainya.
Sifat yang dimiliki benda padat
yaitu bentuknya tetap dan mencair jika dipanaskan pada suhu tertentu.
2) Benda
cair contohnya : air, bensin, minyak goreng, spirtus, dan sebagainya.
Sifat-sifat benda cair, antara
lain:
a. Bentuknya tidak tetap, selalu mengikuti bentuk wadahnya;
b. Bentuk permukaan benda cair yang tenang selalu datar;
c. Benda cair mengalir ke tempat yang lebih rendah;
d. Benda cair menekan ke segala arah;
e. Benda cair meresap melalui celah-celah kecil (kapilaritas)
a. Bentuknya tidak tetap, selalu mengikuti bentuk wadahnya;
b. Bentuk permukaan benda cair yang tenang selalu datar;
c. Benda cair mengalir ke tempat yang lebih rendah;
d. Benda cair menekan ke segala arah;
e. Benda cair meresap melalui celah-celah kecil (kapilaritas)
3) Benda
gas contohnya udara
Benda gas tidak dapat diamati secara
langsung tetapi dapat dirasakan keberadaannya. Sifat benda gas yaitu bentuknya
tidak tetap karena selalu mengisi seluruh ruangan yang ditempatinya.
Proses perubahan wujud zat
Berdasarkan
diagram tersebut, zat dari wujud yang satu ke wujud yang lainnya dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Membeku
yaitu perubahan wujud zat dari cair ke padat
2. Mencair atau
melebur yaitu perubahan wujud zat dari padat ke cair
3. Menyublim
(mengkristal) yaitu perubahan wujud zat dari gas ke padat
4. Menyublim
yaitu perubahan wujud zat dari padat ke gas
5. Menguap
yaitu perubahan wujud zat dari cair ke gas
6. Mengembun
yaitu perubahan wujud zat dari gas ke cair
Komentar
Posting Komentar